image upn

title_40

Pengantar.

Kehadiran siklon tropis Cempaka memunculkan curah hujan dengan kategori sedang - lebat di wilayah Kabupaten Bantul sejak 26 November 2017. Kehadiran hujan tersebut memicu ketidakstabilan lapisan tanah.

 

Proses Kejadian

Gejala gerakan tanah dalam bentuk retakan-retakan dengan lebar 55 - 35 cm, secara tidak menerus, sepanjang 160 meter, diketahui warga pada hari Selasa Tanggal 28 November 2017 Pukul 11.00. Dari dokumen video warga proses gerakan tanah dimulai Pukul 11.45 dalam bentuk aliran bahan rombakan (debris flow) dan berkembang menjadi longsoran / luncuran bahan rombakan (debris slide). Pengungsian terhadap warga (46 KK) di kawasan rawan gerakan tanah dilakukan pukul 14.00.

 

Hasil Pengamatan

Material longsor berupa lapisan tanah (regolit) hasil lapukan kuat dari batuan dasar breksi tufaan Formasi Semilir dengan ketebalan 2,5 - 4,5 meter, dengan jarak luncur / gerakan mencapai 100 meter. Puncak longsor (mahkota) berada pada ketinggian 125 meter, dengan 4 gawir dan blok menggantung yang berpotensi bergerak, pada sudut lereng 22-25 derajat. Ujung kaki longsor (toe) berada di tekuk lereng pertama, berupa 2 pemukiman warga dan jalan raya. Jejak retakan 10 - 25 meter masih, terlihat tidak menerus, pada sepanjang 160 meter, dan cenderung meluas / berkembang.

 

Rekomendasi

1. Warga yang berada di ujung / jarak luncur gerakan tanah / longsoran bahan rombakan (Keluarga: Hardopo, Widodo, Wahono, Muji Mulyono, Agus, Haryadi) untuk relokasi / menghindar selama musim hujan ke tempat aman.

2. Warga di kawasan rawan aliran bahan rombakan dan longsoran bahan rombakan berikutnya diharapkan menghindar / mengungsi ketika hujan ke tempat aman.

3. Membangun sistem peringatan dini gerakan tanah dan pemantauan curah hujan berbasis warga dan pengungsian berbasis warga.

4. Mendorong FPRB Desa memfasilitasi proses pemberdayaan warga di kawasan rawan gerakan tanah tersebut dan lainnya.