image upn

title_21

Yogyakarta - Amrta Institute melakukan kajian terhadap ketersediaan air di Kota Yogyakarta. Dari data-data yang dihimpun, hasilnya menunjukkan Kota Pelajar ini mengalami defisit air. 

Kajian tersebut dilakukan oleh LSM yang bergerak di bidang pengelolaan air ini selama 3 bulan terakhir. Berbagai data dihimpun mulai dari warga terdampak hingga pemerintahan. Lima dari total 14 kecamatan yang ada di Kota Yogyakarta yang berstatus merah atau krisis air di Yogyakarta yakni Gondokusuman, Mergangsan, Mantrijeron, Jetis, dan Umbulharjo. 

Tiga kecamatan dengan angka defisit tertinggi mengalami krisis air setelah pembangunan hotel di daerah-daerah itu semakin pesat. Pembangunan hotel tersebut tidak sebanding dengan ketersediaan imbuhan atau daerah resapan air yang mampu menambah air tanah secara alamiah

Di kesempatan yang sama Geolog dari UPN Veteran Yogyakarta Dr Eko Teguh Paripurno mengungkapkan permukaan air tanah di kawasan Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman terus turun 20-3d cm setiap tahunnya.



"Ini mengakibatkan warga kesulitan dalam mengakses air tanah," kata Teguh.

Untuk itu dia meminta semua pihak memperbaiki tata kelola air tanah. Salah satunya adalah menggalakkan pembuatan sumur resapan.

"Semua bisa berperan untuk meningkatkan penambahan imbuhan air ini," kata Eko.