PALU - Serangkaian gempabumi berkekuatan 7,4 Skala Richter pada tanggal 28 September 2018 memicu tsunami di pantai Palu serta menyebabkan terjadinya Likuifaksi di beberapa tempat di Sulawesi Tengah. Tercatat sebanyak 2.113 orang korban meninggal dunia, 4.612 orang luka-luka, 1.309 orang hilang, 152 orang masih tertimbun dan 223.751 orang mengungsi. Selain korban, 67.310 rumah, 622 sekolah, 99 rumah ibadah dan 22 fasilitas kesehatan rusak parah. Hal tersebut membuat Kappala Indonesia dengan didukung oleh Sampoerna untuk Indonesia untuk membangun hunian sementara di Kabupaten Sigi. Magister Manajemen Bencana terlibat dalam urusan penentuan lokasi yang aman dan membuat konsep hunian yang baik untuk penyintas bencana alam ini. Huntara (Hunian Sementara) dibangun untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atas tempat tinggal yang layak pasca bencana. Dalam project ini, selain untuk masyarakat umum, pembangunan huntara ini juga untuk guru yang rumahnya rusak pasca gempa. Selain hunian, tentu pembangunan sistem air bersih dan MCK dilakukan demi memenuhi kebutuhan atas sanitasi bagi penghuni.
Guru SMK Janur Persada dan SMK Negeri 1 Sigi adalah sasaran pembangunan huntara untuk guru. SMK Janur Persada terletak di Desa Lolu, Kec. Sigi Biromaru, Kab. Sigi. Sedangkan, SMK Negeri 1 Sigi berada di Desa Sidera, dalam kecamatan yang sama. Project ini memberikan 5 huntara bagi guru SMK Negeri 1 Sigi yang letaknya 200 meter dari sekolah, 11 huntara bagi guru SMK Janur Persada, dan 14 huntara bagi masyarakat Desa Lolu yang berada di satu komplek SMK Janur Persada. Pembangunan huntara ini penting untuk meningkatkan kelayakan hidup bagi guru, yang tentu berpengaruh pada proses pendidikan di sekolah.